Kamis, 20 Juli 2023

 

 

Mengapa Literasi Menjadi Menjadi Penting?

Saat ini literasi tidak hanya dipahami sebagai kemampuan untuk membaca dan meulis. Dalam penerapannya, kurangnya kemampuan literasi pada seseorang dapat menghambat kemajuan seseorang pada tahap kehidupan. Salah satu contohnya ada dalam proses kegiatan belajar di kelas. Jika seorang siswa memiliki kemampuan literasi yang kurang, kemungkinan besar mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan hasil belajar yang rendah.

Dampak literasi juga dialami oleh orang dewasa. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi rendah akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Begitu pula dengan orang tua dan guru yang memiliki kemampuan literasi yang rendah, mereka akan kesulitan dalam mendukung proses belajar anak. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa kemampuan literasi sangat berperan penting bagi setiap orang untuk memahami konteks yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari.

kemampuan literasi juga difokuskan menjadi parameter penilaian terhadap peserta didik dan guru.  Ada beberapa alasan yang sangat penting dan ini wajib kamu ketahui. 

Pertama, munculnya kesadaran yang mendasar tentang pentingnya kemajuan dan masa depan bangsa Indonesia. Kalau kita lihat secara historis dan sosiologis, tingkat literasi yang tinggi adalah faktor yang paling mendukung sebuah bangsa dengan masyarakatnya menjadi unggul dan maju.

Kedua, masyarakat dan pemerintah Indonesia semakin sadar bahwa kemajuan dan keunggulan individu, masyarakat, dan juga bangsa, ditentukan oleh adanya tradisi dan budaya literasi yang baik. 

Ketiga, adanya faktor pendukung dari komunitas-komunitas yang peduli dan punya semangat untuk menumbuhkan dan menyebarluaskan kegiatan, tradisi, dan budaya literasi di lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.

Seiring dengan terjadinya globalisasi di beberapa sektor, mulai dari teknologi, budaya, dan juga alat komunikasi, membuat manusia harus mampu menghadapinya. 

Globalisasi membuat semuanya menjadi semakin mudah dan terbuka. Arus informasi menjadi semakin kencang, dan tentunya beragam. Kemudian perkembangan teknologi pada alat komunikasi, membuat jarak antar manusia untuk berkomunikasi semakin tidak terbatas.

Melek literasi membuat wawasan menjadi terbuka. Komunikas saat ini tidak hanya melulu pada tulisan satu arah tetapi sudah mulai dua arah atau bahkan untuk banyak arah. Perkembangan teknologi menuntut kita harus berliterasi. Aplikasi komunikasi semakin berkembang dalam berkomunikasi seperti bahasa WA, WeChat, Instagram, Tik-tok, Twiter Facebook masih ada yang lainnya.Kemampuan orang untuk menankap informasi dan menyebarkan informasi tidak hanya melalui tulisan teapi lebih berkembang kearah mengerti arti gerakan suara,  selalu menjadi hal yang sangat krusial dan lebih menyenangkan.

Kemampuan berliterasi ini akan sangat mempengaruhi kehidupan berinteraksi. Literaksi yang baik akan mudah sesorang mendapatkan pekerjaan karena medukung lancarnya berkomunikasi. Nah, tidak hanya dalam keluarga pun akan ada komunikasi dimana orangtua harus mendidik anaknya, bila literasinya jelek maka aka nada masalah di dalam komunikasi keluarga.

Saat ini pemerintah mendengungkan kegiatan literasi ini terutama di sekolah dan para pendidik, tujuan utama adalah untuk meningkatkan mutu Pendidikan. Berikut bebrapa upaya untuk meciptakan literasi di sekolah:

1. Meciptakan Lingkungan Fisik Sekolah yang Ramah Literasi atau pemberian ruang

Lingkungan fisik sekolah merupakan hal pertama yang harus dilihat dan dirasakan oleh warga sekolah. Maka dari itu, penting bagi para pendidik maupun setiap warga sekolah untuk membuat lingkungan sekolah terlihat ramah dan kondusif dalam proses kegiatan pembelajarannya. Pada kesempatan ini, para guru juga harus turut serta dalam mengembangkan budaya literasi. Guru perlu turut ambil bagian dalam membuat karya dan menampilkannya di area sekolah.

Dengan begitu, siswa semakin termotivasi untuk menciptakan karya terbaiknya. Selain itu, sekolah juga harus menyediakan tempat yang nyaman sebagai akses untuk membaca buku dan bahan bacaan di sekolah. Dengan begitu, guru dan siswa tidak merasa kesulitan dalam mencari bahan bacaan atau materi yang dapat mendukung proses kegiatan belajar di kelas.

Adapun pemajangan karya para guru maupun siswa di lingkungan sekolah dapat menjadi cara untuk menunjukkan perkembangan budaya literasi di sekolah tersebut. Dengan begitu, para warga sekolah semakin giat dalam meningkatkan budaya literasi. Dengan memberkan ruang atau pojok baca

2. menciptakan Sekolah sebagai Lingkungan Akademik yang Literat

Meningkatkan literasi guru yang kedua, yaitu dengan menciptakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Dalam hal ini, lingkungan fisik, soal, dan afektif saling berkaitan dengan lingkungan akademis. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi di sekolah.

kegiatan yang dapat diperbanyak alokasi waktunya adalah kegiatan membaca dalam hati di kelas. Menceriterakan buku yang dibaca atau mempresentasikan kegiatan pembelajaran  yang menarik. Kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi antar siswa ada baiknya pihak sekolah membuat program pelatihan peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya kegiatan tersebut.

3. Menciptakan Lingkungan Sosial dan Afektif

Menciptakan lingkungan sosial dan afektif. Lingkungan sosial dan afektif akan dibangun melalui model komunikasi dan interaksi dari seluruh komponen yang ada di sekolah. Hal-hal tersebut dapat dikembangkan dengan pengakuan atas pencapaian siswa di sepanjang tahunnya.

Untuk pemberian penghargaan, para guru dapat melakukannya saat upacara bendera di setiap minggunya dengan tujuan untuk menghargai kemajuan setiap siswa dari semua aspek. Hal ini tentu saja juga berlaku untuk para guru. Setiap minggunya, para staf akan memberikan penghargaan bagi setiap guru yang memiliki kemajuan. Prestasi yang dihargai tidak hanya dalam bidang akademis saja, tetapi juga dalam sikap dan tindakan guru untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah.

Dengan demikian, setiap guru maupun siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan dari sekolah. Dalam penerapannya, sekolah dapat menyelenggarakan beberapa kegiatan seperti festival buku, lomba membuat poster, kegiatan mendongeng, karnaval tokoh buku yang ada di buku cerita, dan sebagainya. Dengan begitu, lingkungan di sekolah akan semakin menyenangkan!




Manfaat P5 dalam Kurikulum Merdeka

Salah satu bagian dalam Kurikulum merdeka adalah P5 merupakan singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Pelaksanaan P5 disekolah harus disiapkan ekosistem. Dibenteknya ekosistem diharapkan muncul habitus baru sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasan baik akan mendorong memiliki prilaku baik sejak dini dalam habitus. Nilai-nilai Pancasilaakan dapat tumbuh dan berkembang menjadi cirikhas kehidupan berbangsa, sehingga terbentuknya manusia-manusia  berkalhak mulia sesuai nilai-nilai Panacasila.

Kementrian Pendidikan dan keudayaan dalam artikelnya merangkum projek penguatan profil pelajar Pancasila sebagai berikut:

Proyek Penguatan Profil Mahasiswa Pancasila (P5)
P5 adalah sebuah proyek yang mencari jawaban atas pertanyaan tentang kompetensi apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia.

Proyek ini dilaksanakan dengan membekali siswa dengan karakter pribadi berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Kompetensi P5 memperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi, internal dan eksternal. Contoh faktor internal adalah ideologi, sedangkan faktor eksternal adalah tantangan di era digital.

P5 bertujuan untuk menjadikan mahasiswa pengikut bangsa yang lebih baik dan produktif. dan dapat berkontribusi pada pembangunan global yang berkelanjutan.

Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berbudi pekerti luhur melalui pembentukan peserta didik yang berpancasila.

Profil Mahasiswa Pancasila mendukung visi tersebut dengan mentransformasikan pelajar Indonesia menjadi pembelajar sepanjang hayat yang berkompeten, berkarakter, dan berperilaku selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Prinsip P5
Berikut adalah beberapa prinsip P5

1. Komprehensif
Prinsipnya adalah kita melihat segala sesuatu secara keseluruhan atau individual. Kerangka pemikiran komprehensif yang tertanam dalam P5 mendorong siswa untuk mengeksplorasi topik dan materi secara keseluruhan dan memahami berbagai hal secara mendalam.

Oleh karena itu, setiap topik P5 biasanya merupakan wadah yang terintegrasi untuk perspektif dan konten informasi yang berbeda.

Prinsip umum tersebut juga mendorong siswa untuk membuat hubungan yang bermakna antara komponen-komponen pelaksanaan P5, seperti siswa, guru, dan lain-lain.

2. Konteks
Kontekstual adalah prinsip yang berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata sehari-hari. Prinsip ini mendorong guru dan siswa untuk menjadikan lingkungan dan kehidupan nyata sebagai bahan utama pembelajaran.

Unit pelatihan bertindak sebagai penyelenggara kegiatan proyek profil dan harus menyediakan ruang dan kesempatan bagi siswa untuk bereksplorasi di luar unit pelatihan.

3. Berpusat pada peserta didik
Prinsip berikut merupakan prinsip yang mendorong siswa untuk giat mempelajari mata pelajaran.


Dengan prinsip tersebut diharapkan pendidik dapat mengurangi perannya sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar. P5 mengubah guru menjadi mitra belajar dan menawarkan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi motivasi diri sesuai dengan keadaan dan kemampuan mereka.

  4. Investigasi
Prinsip penelitian adalah prinsip yang berkaitan dengan penciptaan ruang bagi proses pengembangan diri dan penelitian, baik secara terstruktur maupun bebas.

P5 memiliki penelitian yang luas dalam kaitannya dengan materi pembelajaran, penggunaan waktu dan penyesuaian tujuan pembelajaran.

Prinsip inkuiri juga bertujuan untuk mempromosikan peran P5 dalam mewujudkan dan memperkuat keterampilan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran internal. Keunggulan P5


P5 menawarkan kesempatan kepada seluruh warga satuan pendidikan untuk mengamalkan profil siswa Pancasila. P5 menawarkan keuntungan yang berbeda untuk masing-masing pihak.

   Manfaat untuk sesi pelatihan:
Jadikan sesi pelatihan sebagai ekosistem terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat.

Unit pelatihan menjadi learning organization yang berdampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar.

  Manfaat bagi guru:
Memberikan ruang dan waktu bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dan membangun karakter serta profil siswa Pancasila. Rancang proses pembelajaran proyek profil dengan tujuan akhir yang jelas.

Mengembangkan keterampilan sebagai pendidik yang mau bekerjasama dengan guru mata pelajaran lain untuk meningkatkan hasil belajar.

Manfaat bagi siswa:

Memberikan ruang dan waktu bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dan membangun karakter serta profil siswa Pancasila.Rancang proses pembelajaran proyek profil dengan tujuan akhir yang jelas.

Mengembangkan keterampilan sebagai pendidik yang mau bekerjasama dengan guru mata pelajaran lain untuk meningkatkan hasil belajar


Senin, 06 November 2017

Banyaknya inovasi dalam segala bidang membuat saya tertarik dengan belajar Kreatif bagi siswa. Bayak pemikiran bagaimana dapat membuat siswa menemukan diri dengan kreatifitas melalui aktualisasi diri,. Sebagai guru saya mencoba memberi ruang kepada para siswa untu kenemukan dan memngembangkan potensi yang mereka miliki. Hal ini lebih menarik daripada harus memikirkan tentan administrasi kelas yang berteletele. Kami mencoba mengali dan mengawali dengan bahan dan potensi yang ada sehingga para siswa merasa mereka dan berlama-lama fokus dikelas.

Semua yang kami rancang husrus dikomunikasikan dengan para siswa. Rancangan kreatif yang rumit ternyata kita temukan menjadi sederhana namun ketika diberikan di kelas manghasilkan hal yang luar biasa. Ketika kita dan browsing saya temukan kalimat yang menariak Ada tiga kalimat yang menjadi kekuatan dalam merancang pembelajaran kreatif yang saya peroleh dari rumah inspirasi. Ketiga kalimat tersebut adalah:
  •     Orang dewasa fokus pada materi, anak fokus pada proses
  •     Orang dewasa memikirkan subtansi, anak melihat kemasan
  •     Orang dewasa mementingkan kedalaman, anak memilih hal yang menyenangkan
Dari ketiga kalimat tersebut, lupakan apa yang orang dewasa fokuskan, pikirkan dan pentingkan. Tapi mari kita lihat apa yang anak fokus, lihat, dan pilih. Yaitu tiga kata yang saya beri cetak tebal: proses, kemasan, dan menyenangkan. 

Saya ingat waktu masih duduk di SD, banyak praktek dan pembelajaran di luar kelas, kita disuruh mengamati bahakan mempergunakan mikroskup untuk melihat makhluk hidup yang sangat kecil. perasaan ketika dapat melihat mahkluk hidup yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang menjadi heran dan bertanya kok bisa hidup ya? proses seperti ini membuat saya menjadi ingin mengetahui lebih banyak.

Proses ini akan membekas di dalam benak sebagai pengalaman yang berharga, Peristiwa-peristiwa yang mengesan harus dialalui dan menyenangkan tanpa beban akan mudah diingat, sehingga memunculkan pemikiran yang kreatif.

Warna selalu membuat menarik bagi siapa saja, apa lagi anak, mereka akan tertarik dengan hal yang sederhana namun menarik. Sesuatu yang menarik dapat dingunakan dengan sebagai sumber belajar. Ketika kita menerangkan suatu pelajaran akan sulit diterima oleh siswa kita mencoba untuk memberikan karena memang mereka kurang tertarik dengan hal yang kita bahas tetapi bila kita mencoba merubah sedikit dengan mengajak bermain beban akan terasa ringan dan mereka dalam bermain mereka belajar dengan tanpa terasa. Sebagai contoh anak kelas empat SD ketika kesilitan menghafal perkalian mereka diajak bermain kartu dalam belajar, karena terlalu senang mereka mengulang ulang sendiri dan dengan cepat mereka hafal perkalian
Merka belajar bermain kartu yang aturanya seperti main gaple, Tanpa diberitahu dalam permainan merka sudah tahu bahaimana cara bermainnya, sehingga sangat memudahkan dan mengurangi intruksi yang harus diberikan oleh guru, 

Selasa, 31 Oktober 2017

anda yang memang suka pelajaran fisika silahkan bisa praktek langsung untuk listrik dari buah jeruk.?
NAhh

Alat dan Bahan :

1. Jeruk apek 5 buah (terserah)
2. Lempeng seng ukuran 5 cm x 0,5 cm sebanyak 5 lembar (terserah)
3. Lempeng tembaga 5 batang ukuran 5 cm x 0,5 cm (terserah)
4. Kabel halus
5. Lampu LED

Cara kerja :
1. Setiap jeruk ditusuk 4 lempeng seng,yang berfungsi sebagai kutub negatif (-),dan satu lempeng tembaga yang berfungsi sebagai kutub positif (+), dalam satu belahan yang sama pada apel.
2. Lempeng seng pada apel yang satu dihubungkn dengan lempeng tembaga pada jeruk yang lain melalui kabel kecil.
3. Hubungkan dengan lampu LED.

Hasil/kegunannya:
1. Lampu akan menyala
2. Menunjukkan atau membuktikan sumber energi listik.
Lalu, mengapa apel bisa menghasilkan listrik??? Dari yang penulis dapatkan bahwa seng dan tembaga akan bereaksi dengan kandungan asam pada apel dan menghasilkan larutan asam. Seng dan tembaga di sebut elektroda, sedangkan apel disebut elektrolit. Namun, sumber listrik seperti ini belumlah mampu untuk menjalankan mesin-mesin, tetapi hanya mampu menghasilkan cahaya redup dari LED. Mudah-mudahan saja suatu saat, sumber listrik ini bias dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan manusia.



Jeruk nipis adalah buah masam yang memiliki banyak kandungan vitamin C. Sangking masamnya buah kecil satu ini harus diolah sedemikian rupa agar bisa kita nikmati. Bagi manusia, buah satu ini sangat berguna untuk kesehatan, seperti daya tahan tubuh, sariawan, dll. Namun siapa sangka, jeruk nipis, si buah masam ini mampu menghasilkan listrik. Diambil dari artikelnya Acerid, penulis menemukan bahwa jeruk nipis dapat digunakan sebagai alternative sumber listrik.



 Alat dan Bahan :

1. Jeruk nipis 5 buah (terserah)
2. Lempeng seng ukuran 5 cm x 0,5 cm sebanyak 5 lembar (terserah)
3. Lempeng tembaga 5 batang ukuran 5 cm x 0,5 cm (terserah)
4. Kabel halus
5. Lampu LED

Cara kerja :
1. Setiap jeruk ditusuk 4 lempeng seng,yang berfungsi sebagai kutub negatif (-),dan satu lempeng tembaga yang berfungsi sebagai kutub positif (+), dalam satu belahan yang sama pada jeruk.
2. Lempeng seng pada jeruk yang satu dihubungkn dengan lempeng tembaga pada jeruk yang lain melalui kabel kecil.
3. Hubungkan dengan lampu LED.

Hasil/kegunannya:
1. Lampu akan menyala
2. Menunjukkan atau membuktikan sumber energi listik.

Lalu, mengapa jeruk bisa menghasilkan listrik??? Dari yang penulis dapatkan bahwa seng dan tembaga akan bereaksi dengan kandungan asam pada jeruk nipis dan menghasilkan larutan asam. Seng dan tembaga di sebut elektroda, sedangkan jeruk nipis disebut elektrolit. Namun, sumber listrik seperti ini belumlah mampu untuk menjalankan mesin-mesin, tetapi hanya mampu menghasilkan cahaya redup dari LED. Mudah-mudahan saja suatu saat, sumber listrik ini bias dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan manusia.


sumber: acerid.com


“Harapannya merubah mindset anak-anak agar tidak tergantung dengan energi konvensional. Bahwa ternyata dengan listrik satu sel saja sudah bisa menghidupkan lampu, bisa disimpan ke baterai, atau mengisi handphone,” ujar Eka Maulana dosen FT-UB yang memprakrasai acara ini, Rabu (13/4).

Dengan demikian, lanjut Eka, kegiatan ini sedikit banyak dapat merubah paradigma masyarakat tentang energi alternatif listrik. Sumber energi aternatif bermacam-macam, tetapi yang melimpah di Indonesia adalah tenaga matahari. “Intensitasnya sangat tinggi dan melimpah dibanding negara lain,” jelasnya.

Kegiatan pengenalan energi alternatif panel surya ini direncanakan secara berjenjang. Mulai dari level SD, masyarakat umum, bahkan hingga pemerintah. Hal ini sebagai upaya jurusan TE-UB untuk mendukung wacana sistem Micro Smart Grid Technology Design atau sistem sumber tenaga listrik mandiri.

“Untuk mendukung smart grid dibutuhkan penerapan panel surya yang banyak. Maka kami menghimpun dukungan dari bawah untuk menumbuhkan mindset dan akhirnya berkembang bersama,” tutur alumni Miyazaki University itu.

Eka menjelaskan, potensi tenaga matahari di Indonesia sangat besar dengan rata-rata 4,8 kW/hari/m2. Dengan potensi ini, cukup untuk mensuplai kebutuhan listrik rumah tangga dengan mandiri. Namun untuk membuat sistem yang besar masih terkendala biaya. Hal ini disebabkan dukungan dan industri solar cell di Indonesia belum tersedia.

“Seandainya buat sendiri bisa lebih murah. Negara-negara maju sudah menerapkan,” ujar Eka.

Sementara itu, guru pendamping SD Surya Buana Hartutik Nurul Kasanah menjelaskan bahwa tujuan kunjungan ini untuk mengenalkan lebih dekat siswa tentang sumber energi terbarukan ditunjang dengan perangkat panel surya yg dimiliki TE-UB.

“Kalo dari pihak SD nama kegiatannya adalah Studi Visual. Jadi siswa belajar dari apa yang berpotensi dan bisa diterapkan,” tambahnya. 

Tanaman padi semua sejak dua bulan lalu dalam sebuah rumah kaca mini. Sepuluh tanaman diperlakukan berbeda, mulai pasokan air, dan pemupukan. Hasilnya tanaman dengan penyiraman 500 mililiter air dan kompos lima persen dari volume tanah.
“Kita semai IR64, kita susun dalam 1 pot. Diameter 15 centimeter, tinggi 15 centimeter,Volume tanah kita masukkan 1 centimeter tanah, kemudian kita letakkan karbon granit yang berfungsi sebagai anoda kita tumpuk tanah," jelas Dheniz.
"Kemudian kita tanam padi, kita tanam karbon lagi berfungsi sebagai katoda. Setelah anoda dan katoda kita pasang listrik lebih dulu,” jelas dia kepada Eko Widianto wartawan di Malang Jawa Timur.

Skala besar

Tak jauh dari tempat kos Dheniz dan Hamdan terhampar sawah yang cukup luas, seorang petani tampak tengah mengemburkan tanah dengan menggunakan traktor.
Dheniz berharap teknologi pembangkit listrik yang diujicobanya dapat dikembangkan di desa-desa yang memiliki lahan pertanian. Lebih murah dari pembangkit listrik konvesional katanya.
Alat bernama E-Paddy diharapkan bisa mengatasi krisis listrik dan mengaliri wilayah yang tak belum terkoneksi dengan listrik,
“Padi merupakan tananaman yang mengalami reaksi fotositensis menghasilkan glukosa, oksigen 30 persen dikonsumsi padi. Sebelibnya 70 persen dikonsumsi mikroorganisme dalam tanah. Mengalami metabolisme menghasilkan elektron negatif mengalir ke anoda, mengalir ke katoda menghasilkan listrik,” seperti dijelaskan salah seorang Hamdan Mursyid.
Hasil uji coba, tanaman padi umur 25-30 hari menjadi puncak produksi listrik mencapai sebesar 462,4 mili volts per menit. Data listrik yang dihasilkan terekam dalam data loger. Data terekam setiap saat untuk dianalisis.
Dalam uji coba para mahasiswa Fakultas Pertanian ini diketahui tanaman pagi yang berumur kurang sekitar satu bulan, dapat menghasilkan listrik meski baru skala kecil, untuk mengisi ulang baterai telepon selular.
Tetapi Dheniz menyebutkan listrik yang dihasilkan bisa lebih besar tergantung dari luas lahan.
“Seperti menanam tanaman saja untuk aplikasi, ada tanaman kita beri karbon disambungkan ke kabel kita sambungkan ke penampung daya. Kemudian kita penyiraman dan kompos nanti akan terbentuk energi listrik. Dari 1 hektare terbentuk dihasilkan 41 Gigajoule dibutuhkan beberapa lempengan karbon berfungsi sebagai anoda dan katoda,” kata Dheniz.
Listrik yang dihasilkan 41,9 Gigajoule atau setara dengan 1,15 kilo liter minyak bumi. Sehingga listrik yang dihasilkan dipastikan ramah lingkungan.
Inovasi mahasiswa ini mendapat pembiayaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp 7,5 juta, dan para mahasiswa ini berharap dikembangkan secara massal dengan teknologi yang sederhana.
“Daripada mereka menggunakan genset yang menggunakan solar, ini ada sawah yang bisa dimanfaatkan, di lahan pertanian bisa digunakan untuk penyinaran di malam hari, tapi yang kami harapkan listrik yang dihasilkan ditampung untuk mengaliri listrik di desa” kata dia.
Tim juga telah mendapatkan tawaran untuk mengembangkan teknologi ini dengan skala yang lebih besar kerja sama dengan peneliti dari Belanda.
Inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi. Tanaman padi dipilih lantaran lahan sawah masih cukup luas. Mereka berharap teknologi ini dikembangkan karena lebih murah dan ramah lingkungan.
“Teknologi PMFC, Plant Microbial Fuell Cell ini alangkah lebih baik dikembangkan untuk mencukupi aliran listrik di daerah yang belum teraliri listrik. Intinya kita tetap akan mengembangkan teknologi, agar tersebar luas di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan listrik” kata Dheniz.
Dosen pembimbing dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Dewi Maya Maharani mengatakan inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi, dan dianggap ramah lingkungan.
"Mungkin yang potensial padi, bisa mangrove juga jadi di daerah pesisir, jadi potensial jadi untuk proyek kesananya, kita akan mendapatkan keuntungan antara produksi pangan berarti dari beras sebagai bahan pokok di Indonesia, " jelas Maya.
"Produksi energinya dari energi listriknya dimanfaatkan untuk penerangan, serta dapat menurunkan emisi metan. Jadi produksi padi ini kan banyak memproduksi gas metan terbanyak yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca," tambah dia.
Tim mahasiswa ini tengah mengajukan hak paten melalui sentra hak intelektual Universitas Brawijaya Malang.

jam digital

Total Tayangan Halaman

titanik

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

    Mengapa Literasi Menjadi Menjadi Penting? Saat ini literasi tidak hanya dipahami sebagai kemampuan untuk membaca dan meulis. Dalam p...

About Me


Saya adalah ayah dari 3 orang Jagoan
yang berprofesi sebagai guru SD 
 tertarik dengan  Filsafat, Ekonomi dan Teknik Sipil
hubungi saya di : kongko072@gmail.com

Popular Posts

Blog Archive